Potensi Energi Terbarukan Yang Ada di Indonesia

Potensi Energi Terbarukan Yang Ada di Indonesia

Potensi Energi Terbarukan Yang Ada di Indonesia – Energi terbarukan di Indonesia akan meningkat jika negara terus memanfaatkan energi panas bumi. Indonesia merupakan sumber energi panas bumi nomor dua di dunia. Namun, hanya 5% dari reservoir yang benar-benar digunakan menurut NS Energy dan Administrasi Informasi Energi AS. Sayangnya, energi panas bumi mahal bagi investor. Namun, sebuah organisasi nirlaba bernama Asosiasi Panas Bumi Indonesia (INAGA) membantu membuka jalan untuk membuka sumber energi terbarukan yang sangat besar di Indonesia.

Apa itu Energi Panas Bumi?

Di bawah kerak bumi, magma memanaskan genangan air. Kolam air panas menyediakan energi terbarukan. Laboratorium Energi Terbarukan Nasional menjelaskan bahwa “Ada tiga jenis pembangkit listrik tenaga panas bumi: uap kering, uap kilat, dan siklus biner.” Masing-masing dari tiga sistem mengubah air menjadi uap. Setiap kali seseorang menggunakan air, itu mengalami daur ulang dan kembali ke bumi sehingga orang dapat menggunakannya nanti. Uap yang dipanen adalah energi panas bumi.

Saat dunia menjauh dari bahan bakar fosil dan pemanasan global, energi panas bumi bisa menjadi pengubah permainan mutlak bagi negara industri dan Bumi. Manfaat terbesar adalah energi panas bumi terbarukan. Menurut Stanford MAHB, para ahli memperkirakan bahan bakar fosil akan habis pada abad berikutnya. Indonesia sudah mengalami pemadaman dan polusi udara secara nasional karena kekurangan bahan bakar fosil. Namun, energi panas bumi dapat menjadi solusi yang menguntungkan.

Potensi Panas Bumi Indonesia yang Tinggi

Banyak yang tahu lokasi Indonesia sebagai Ring of Fire, daerah dengan gunung berapi terbanyak di Bumi. Rumah bagi 147 gunung berapi, 76 di antaranya aktif, daerah ini sangat panas di bawah permukaan. Gunung berapi mengandung banyak magma, yang memungkinkan keberhasilan pemanenan energi panas bumi di Indonesia. Karena lokasinya, Indonesia memiliki 40% cadangan energi panas bumi dunia. Selain itu, Indonesia memiliki energi panas bumi terbarukan sebesar 29.000 megawatt.

Biaya Energi Panas Bumi

Meskipun Indonesia bergerak menuju penggunaan lebih banyak energi panas bumi, ada beberapa kendala utama yang harus dihadapi negara ini. Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rodrigo A. Chaves, mengatakan bahwa “Pembiayaan untuk pengeboran eksplorasi telah menjadi salah satu hambatan utama untuk ekspansi panas bumi di Indonesia.”

Selain itu, Think Geoenergy menjelaskan bahwa “Pemerintah Indonesia memproyeksikan kebutuhan investasi panas bumi hingga” sekitar “$29,39 miliar untuk meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mencapai 8.008 MW pada tahun 2030.” Uang untuk pengeboran adalah salah satu konflik terbesar untuk membangun lebih banyak pembangkit energi panas bumi. Namun, sebuah organisasi nirlaba, Asosiasi Panas Bumi Indonesia, bekerja untuk menciptakan jalan yang mulus.

Mengurangi Biaya Pengeboran Panas Bumi

Karena organisasi seperti INAGA mengadvokasi lebih banyak energi panas bumi, pemerintah Indonesia memperhatikannya. Meski baru-baru ini ada penurunan anggaran untuk pembangkit energi panas bumi, pemerintah memutuskan untuk memprioritaskan pengeboran sumur di Cisolok, Jawa Barat, dan Nage pada 2022.

Organisasi pemerintah, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), akan mengerjakan pengeboran sumur yang akan datang, yang dapat mengurangi biaya listrik energi panas bumi. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada pengembang untuk menurunkan harga listrik.

Upaya lain dari INAGA

Asosiasi Panas Bumi Indonesia berupaya memerangi hambatan yang menghalangi potensi energi panas bumi Indonesia. INAGA mengedukasi warga Indonesia tentang energi panas bumi dan mengadvokasi kemajuan proyek panas bumi di Indonesia.

Organisasi nirlaba tersebut juga menyetujui proyek panas bumi baru untuk Indonesia. Misalnya, INAGA baru-baru ini memberikan dukungan untuk pendirian panas bumi baru yang disebut BUMN. BUMN akan menjadi pembangkit panas bumi milik negara di Indonesia dan akan membantu memanen lebih banyak tenaga panas bumi, memberikan lebih banyak energi kepada warganya. Selain itu, INAGA bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat peraturan untuk pembangkit energi panas bumi.

Lebih Banyak Manfaat Energi Panas Bumi

Departemen Energi AS telah menjelaskan banyak manfaat dari energi panas bumi. Misalnya, energi panas bumi tidak hanya dapat diprediksi dan stabil tetapi juga dapat berjalan selama 24 jam. Selain itu, ia mampu mengontrol suhu dan menghasilkan listrik. Energi panas bumi juga mampu mengurangi jejak karbon.

Bank Pembangunan Asia telah menyatakan bahwa jika energi panas bumi di Indonesia tersedia, negara tersebut mungkin dapat mengurangi jejak karbonnya dan membantu memberi daya pada negara lain. Meskipun banyak kendala yang harus dihadapi dalam prosesnya, Asosiasi Panas Bumi Indonesia berupaya untuk menciptakan lebih banyak energi terbarukan di Indonesia melalui pemanfaatan energi panas bumi.

Pekerja Kelas Menengah Menurunkan Tingkat Kemiskinan

Pekerja Kelas Menengah Menurunkan Tingkat Kemiskinan

Pekerja Kelas Menengah Menurunkan Tingkat Kemiskinan – Kurang dari 16% pekerja memiliki pekerjaan kelas menengah di Indonesia, dengan mayoritas penduduk berpenghasilan lebih rendah. Dengan pandemi COVID-19 yang secara signifikan mempersulit orang untuk mempertahankan pekerjaan, Indonesia berupaya meningkatkan jumlah pekerjaan yang dapat diakses oleh mereka yang menderita kemiskinan. Namun, meski Indonesia berhasil menciptakan 2,4 juta pekerjaan setiap tahun dari 2009 hingga 2019, hanya sedikit yang menawarkan manfaat kelas menengah. Menyediakan lebih banyak pekerjaan kelas menengah dapat bermanfaat bagi orang yang hidup dalam kemiskinan. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan dalam memperluas lapangan pekerjaan kelas menengah ke masyarakat Indonesia di masyarakat yang kurang terlayani. Untuk meningkatkan ketersediaan pekerjaan kelas menengah, penting untuk fokus pada metode yang akan membantu orang memiliki lebih banyak kesempatan kerja.

Manfaat Pekerjaan Kelas Menengah

Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja kelas menengah menguntungkan setiap warga negara di Indonesia. Berfokus pada cara menciptakan lapangan kerja kelas menengah dapat membantu mengentaskan kemiskinan di negara ini. Keluarga dengan pekerjaan kelas menengah menjalani kehidupan yang lebih baik dan memiliki akses ke sumber daya penting. Pekerja kelas menengah menikmati jaminan lebih banyak uang dan peningkatan hasil dalam angkatan kerja. Pekerja merasa lebih nyaman dalam pekerjaan kelas menengah dengan berbagai sumber daya yang tersedia untuk membimbing mereka.

Kebutuhan Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia

Dalam hal pengentasan kemiskinan di Indonesia, pekerjaan kelas menengah membantu baik mereka yang hidup dalam kemiskinan maupun mereka yang tidak lagi menderita karenanya. Kurangnya transformasi struktural, transisi buruh lintas sektor ekonomi dari waktu ke waktu, memainkan peran besar dalam rendahnya jumlah pekerjaan kelas menengah. Selama periode 17 tahun dari tahun 2000 hingga 2017, perubahan struktural Indonesia hanya menyumbang 1% nilai pertumbuhan tahunan per kapita.

Bidang lain yang membutuhkan penekanan termasuk kesehatan dan pendidikan. Hanya 43% angkatan kerja yang menyelesaikan lebih dari pendidikan menengah pertama. Kebijakan yang berfokus pada manfaat yang diterima dari pekerjaan kelas menengah dapat mendorong lebih banyak orang untuk menginginkan pekerjaan kelas menengah. Penting juga untuk memperhatikan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu. Ini termasuk memberi tahu orang Indonesia tentang apa yang perlu mereka ketahui sehingga orang-orang tersebut dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan lebih banyak peluang. Dari menekankan pentingnya sekolah hingga membantu mereka yang membutuhkan, memprioritaskan hal-hal ini dapat membantu meningkatkan jumlah pekerjaan kelas menengah.

Solusi yang memungkinkan

Ada hambatan lain yang mencegah penciptaan lapangan kerja kelas menengah di Indonesia dan berkontribusi pada kemiskinan bangsa. Penyesuaian bisnis di dalam negeri akan mempermudah peningkatan ketersediaan lapangan kerja kelas menengah. Misalnya, rumah tangga bertanggung jawab atas dua pertiga pekerjaan di Indonesia, sementara majikan dan perusahaan yang lebih besar jarang ada. Perlu ada lebih banyak fokus pada pembuatan kebijakan seperti insentif pajak dan penyediaan sumber daya bagi pekerja. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah meningkatkan pekerjaan kelas menengah dengan meningkatkan tenaga kerja negara. Mengajar warga yang lebih muda keterampilan yang penting untuk pekerjaan saat ini adalah salah satu cara untuk mencapai hal ini.

Di Jalur menuju Sukses

Pandemi COVID-19 membawa lebih banyak tantangan ke Indonesia, yang mengakibatkan banyak warga negara tidak memiliki pekerjaan. Beberapa bidang yang perlu mendapat perhatian lebih untuk meningkatkan ketersediaan lapangan kerja kelas menengah adalah sistem pendidikan dan industri manufaktur. Penting juga bagi pemerintah untuk membuat kebijakan untuk membantu pekerja. Orang Indonesia akan sangat diuntungkan dari pekerjaan kelas menengah dengan gaji yang meningkat dan akses yang lebih besar ke sumber daya yang sangat dibutuhkan. Dengan langkah-langkah ini, seseorang dapat optimis dalam mengentaskan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Pendidikan Berorientasi Teknologi di Indonesia

Pendidikan Berorientasi Teknologi di Indonesia

Pendidikan Berorientasi Teknologi di Indonesia – Sektor teknologi informasi (TI) dan teknologi seluler di Indonesia telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan negara telah siap untuk mendominasi bidang-bidang tersebut di kawasan Asia-Pasifik (APAC). Untuk memenuhi tuntutan yang berkembang dari sektor-sektor yang berkembang pesat tersebut, pendidikan berorientasi teknologi di Indonesia telah menjadi tujuan nasional yang menonjol.

Pendidikan dan Teknologi

Selama 20 tahun terakhir, Indonesia telah membuat langkah besar menuju peningkatan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. Meskipun Indonesia masih memiliki salah satu pengeluaran pendidikan nasional per PDB terendah di kawasan APAC, peningkatan pengeluaran sejak tahun 2005 berdampak positif pada pelajar Indonesia. Kapasitas dan jangkauan sekolah telah berkembang, dan pendidikan menjadi semakin tersedia bagi kaum muda di masyarakat pedesaan melalui penjangkauan pendidikan dan teknologi pendidikan.

Faktanya, Cambridge Assessment of International Education 2018 menemukan bahwa siswa Indonesia adalah salah satu yang paling terlibat dalam teknologi di dunia. Ketika pendidikan dan teknologi seluler menjadi lebih mudah diakses, anak muda Indonesia mencari keduanya. Survei yang dilakukan Cambridge Assessment menemukan bahwa sekitar 40% siswa mengikuti kursus ilmu komputer, yang akan membantu mempersiapkan mereka memasuki dunia teknologi profesional.

Bantuan AS

Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) telah bekerja untuk membantu mempersiapkan siswa Indonesia untuk bekerja di berbagai bidang. Berkaitan dengan teknologi, USAID mengakui pertumbuhan sektor TI di Indonesia dan potensi keberhasilan siswa di posisi terkait. Oleh karena itu, USAID membuat rencana yang diberi nama Accelerating Work Achievement and Readiness for Employment 3 (AWARE3) dimana 25 SMK di Jakarta mampu menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan korporasi lokal.

Dalam kemitraan ini, ada peluang bagi siswa untuk terlibat dengan struktur bisnis saat ini dan calon pemberi kerja melalui pelatihan kesiapan kerja, magang, dan banyak lagi. Bisnis yang bermitra juga membantu sekolah dengan mempertahankan kurikulum terkini yang akan mempersiapkan siswa terbaik untuk memasuki dunia profesional yang berkaitan dengan industri atau panggilan tertentu.

USAID dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia memiliki target agar AWARE3 tercapai pada pertengahan 2022. Mereka berharap dapat membekali 250 atau lebih guru di Jakarta dengan sumber daya untuk memberikan pelatihan kesiapan kerja bagi siswa mereka, dan mereka bertujuan agar pelatihan ini dapat menjangkau daerah-daerah di seluruh Indonesia melalui metode pembelajaran jarak jauh. Tujuannya adalah untuk menjangkau 4.500 siswa dengan kurikulum kesiapan kerja melalui platform pembelajaran jarak jauh. USAID telah memperbarui tujuan ini berdasarkan pandemi COVID-19 tetapi ada harapan bahwa sifat terpencil dari peluang pendidikan ini akan membatasi dampak negatif dari pandemi.

Penggunaan EdTech dalam Pendidikan Berorientasi Teknologi di Indonesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah bekerja dengan organisasi global dan pemerintah asing untuk menerapkan beberapa strategi dan inisiatif untuk memperluas jangkauan dan efisiensi sistem pendidikan publiknya. Salah satu cara paling signifikan untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses di Indonesia adalah melalui penggunaan teknologi pendidikan (EdTech). Bank Dunia, dengan bantuan dan pendanaan dari pemerintah Australia, memulai program Peningkatan Dimensi Pengajaran, Manajemen Pendidikan, dan Lingkungan Belajar pada tahun 2016.

Program ini bekerja untuk menganalisis informasi pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan mendorong Indonesia untuk mencapai potensi pendidikannya secara penuh. Program ID-TEMAN adalah tentang penggunaan dan pengalokasian sumber daya negara secara efektif, yang menjadi teknologi yang melimpah. Indonesia masih berupaya untuk menyediakan lebih banyak internet dan jangkauan seluler di seluruh wilayah pedesaan, yang akan memperluas peluang pendidikan melalui EdTech.

Masa Depan Cerah bagi Pelajar Indonesia

Seperti yang telah dilihat dunia dalam beberapa dekade terakhir, dan terutama dengan pandemi COVID-19, semuanya menjadi semakin efisien melalui penggunaan teknologi. Ini termasuk pendidikan berorientasi teknologi di Indonesia, dengan pembelajaran jarak jauh yang lebih mudah diakses di daerah pedesaan dan inisiatif untuk lebih mempersiapkan siswa untuk peluang kerja potensial. Teknologi adalah cara baru dunia, dan pelajar Indonesia bersiap untuk berhasil memasuki dunia kerja.

Ancaman Kesehatan

Ancaman Kesehatan – Memasuki tahun 2020 ini, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan 10 ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai. Ancaman kesehatan yang ditetapkan oleh WHO beragam, mulai dari penyakit yang tahan terhadap obat-obatan, HIV, meningkatnya angka obesitas, penyakit yang disebabkan oleh polusi dan perubahan iklim, serta berbagai isu kemanusiaan.

Untuk menangkal ancaman-ancaman ini, WHO telah mencanangkan program strategi lima tahunan terbaru yang mereka sebut sebagai 13th General Programme of Work. Program ini akan berfokus pada target tiga miliar, memastikan 1 miliar lebih banyak orang mendapat manfaat dari akses kesehatan universal, 1 miliar lebih banyak orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan 1 miliar lebih banyak orang menikmati kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Berikut ini rincian dari 10 ancaman kesehatan di tahun 2020versi WHO.

1. Polusi udara dan perubahan iklim

Ancaman Kesehatan

Sembilan dari 10 orang kini menghirup udara yang telah dikotori oleh polusi setiap harinya. Setelah masuk ke dalam tubuh, zat polutan akan merusak sistem pernapasan, sistem peredaran darah, merusak paru-paru, jantung, dan otak. Polusi udara ini, menurut WHO, telah menyebabkan kematian pada 7 juta orang setiap tahun karena kanker, stroke, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru. Sebanyak 90 persen kematian akibat polusi terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Penggunaan bahan bakar fosil tidak hanya menyebabkan polusi udara, tapi juga menyebabkan perubahan iklim yang membawa pengaruh pada kesehatan. Antara tahun 2030 hingga 2050, diperkirakan perubahan iklim akan menyebabkan penambahan 250.000 orang yang meninggal setiap tahunnya karena malnutrisi, malaria, diare, dan cuaca panas.

2. Penyakit tidak menular

Di Indonesia, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung terus meningkat setiap tahunnya. Tak hanya di Indonesia, penyakit tidak menular ternyata juga menjadi masalah global karena menyebabkan 70 persen kematian di seluruh dunia. Faktor risiko terbesar penyakit tidak menular ini berhubungan dengan gaya hidup, seperti konsumsi tembakau, kurang bergerak, konsumsi alkohol berlebihan, makanan tidak sehat, dan polusi udara. Faktor risiko ini juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental bahkan dimulai sejak usia 14 tahun.

3. Wabah influenza global

WHO memprediksi wabah influenza akan kembali terjadi pada tahun ini meskipun belum bisa diketahui seberapa serius ataupun kapan wabah tersebut akan terjadi. WHO melakukan pemantauan pada virus influenza dengan melibatkan 153 institusi di 114 negara.

4. Kondisi yang rentan masalah

Sebanyak 22 persen dari total populasi di seluruh dunia atau sebanyak 1,6 miliar orang saat ini tinggal di wilayah yang mengalami krisis yang berlarut-larut, baik itu krisis seperti kekeringan, kelaparan, konflik, maupun perpindahan penduduk. Dalam kondisi seperti ini, umumnya pelayanan kesehatan pun tidak memadai.

Kondisi rentan masalah ini terdapat di seluruh wilayah di dunia. Dalam kondisi seperti ini, berbagai target kunci dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ditetapkan oleh PBB jadi tidak terpenuhi.

WHO akan terus berusaha untuk memperkuat sistem kesehatan agar orang-orang yang berada dalam kondisi ini bisa mempersiapkan diri menghadapi wabah penyakit yang mungkin terjadi. Salah satu yang akan terus dilakukan WHO adalah dengan memberikan imunisasi global.

5. Resistensi terhadap obat-obatan

Banyak virus, parasit, bakteri, dan jamur yang menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik, antivirus, dan antimalaria sehingga kini berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai mikroba itu menjadi masalah.

Banyak penyakit yang sebelumnya bisa diatasi oleh obat-obatan yang ada kini menjadi begitu sulit diobati. Karena itu, bila tidak segera ditemukan obat-obatan yang ampuh untuk melawan penyebab penyakit tersebut, maka manusia bisa kembali ke masa-masa sebelum adanya antibiotik. Berbagai infeksi penyakit seperti pneumonia, TBC, gonore, dan salmonellosis akan sulit diobati.

6. Ebola dan patogen berbahaya lainnya

Ebola masih menjadi wabah di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2018, bahkan wabah tersebut terjadi dua kali dan diderita oleh setidaknya satu juta orang.  Wilayah dengan penderita ebola terbanyak di Kongo ini merupakan wilayah yang sedang dilanda konflik. Pada konferensi Preparedness for Public Health Emergencies yang diadakan Desember 2018, berbagai perwakilan dari bidang kesehatan publik, kesehatan hewan, transportasi, dan turisme telah membahas tantangan pencegahan wabah dan darurat kesehatan di wilayah urban agar tidak seperti di Kongo.  Hasil dari konferensi tersebut, WHO diminta untuk mencanangkan 2019 sebagai tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi darurat kesehatan.

7. Pelayanan kesehatan primer yang lemah

Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan kesehatan pertama yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Idealnya, pelayanan kesehatan primer harus komprehensif, terjangkau, dan memberikan pelayanan kesehatan berbasis komunitas. Pelayanan kesehatan ini juga seharusnya dapat memberikan pelayanan pada sebagian besar kebutuhan kesehatan pasien. Hanya saja, masih banyak negara, terutama negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah, yang masih belum memenuhi pelayanan kesehatan primer tersebut. Oleh karena itu, WHO akan bekerja menjalin kemitraan untuk memperkuat pelayanan kesehatan primer di negara-negara yang membutuhkan.

8. Gerakan anti vaksin

Gerakan anti vaksin juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang akan muncul di tahun 2019. Pada 2018 lalu, gerakan anti vaksin telah membuat Eropa kembali diserang oleh campak.

Vaksin adalah cara paling murah dan mudah untuk menghindari penyakit. Vaksin saat ini dapat mencegah 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya dan diharapkan bisa mencegah terjadinya penyakit pada 1,5 juta orang lainnya lagi bila penerimaan terhadap vaksin di masyarakat bisa lebih baik.

9. Demam berdarah 

Ancaman Kesehatan

Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang dibawa oleh nyamuk dan bila terlambat ditangani bisa menyebabkan kematian. Sebanyak 20 persen penderita DBD parah meninggal dunia.

Diperkirakan, 40 persen orang di dunia terancam terkena DBD dan terjadi 390 juta infeksi DBD setiap tahunnya. WHO ingin menurunkan angka kematian akibat DBD di dunia hingga 50 persen pada 2020.

10. HIV

Upaya untuk mencari obat ataupun vaksin melawan HIV masih terus berjalan. Sejak awal kemunculan HIV, sudah ada 70 juta orang yang terkena infeksi virus ini dan 35 juta di antaranya meninggal dunia.

Saat ini, ada 37 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HIV. Kelompok dengan angka tertinggi peningkatan infeksi HIV ada pada kelompok wanita berusia 15 hingga 24 tahun.

Masalah Ekonomi Indonesia di Sepanjang Tahun 2019

Masalah Ekonomi Indonesia di Sepanjang Tahun 2019 – Menginjak tahun 2020 ini tentunya di sepanjang 2019, ada banyak permasalahan yang ditemui dalam perekonomian Indonesia. Masalah-masalah ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tak mencapai target pemerintah dalam APBN yang sebesar 5,3%.

Kementerian Keuangan meramal, ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,05%. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, proyeksi tersebut sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang kian menurun. Ekonomi dunia tahun ini diramal hanya akan tumbuh 3%, level terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam dan jauh di bawah proyeksi awalnya yang sebesar 3,7%.

Apa saja masalah yang dihadapi Indonesia? Berikut hasil rangkumannya.

1. Tren konsumsi rumah tangga menurun

Masalah Ekonomi Indonesia di Sepanjang Tahun 2019

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019 ini tercatat sebesar 5,01% (yoy). Padahal pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan konsumsi mencapai 5,17% (yoy).

Padahal, konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sebesar 56,5%.

Beberapa komponen dalam konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya adalah komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 1,07% dari kuartal sebelumnya menjadi 4,55%.

Selain itu ada juga pencatatan penurunan lain untuk komponen transportasi dan komunikasi sebesar 0,34% dari kuartal sebelumnya sehingga menjadi 4,35%.

2.Andil ekspor bersih terhadap pertumbuhan menurun

Founder lembaga riset dan kebijakan ekonomi Sigma Phi Indonesia, Arif Budimanta menilai, meskipun ekonomi masih tumbuh positif, tetapi realisasi data pertumbuhan terbaru ini menjadi peringatan bahwa perekonomian nasional tengah menghadapi problem struktural sehingga belum mampu tumbuh cepat seperti yang diinginkan Presiden Jokowi yakni di atas 7%.

“Selain itu, ekonomi nasional diperburuk dengan kondisi ekonomi global yang melambat dan risiko ketidakpastian yang meningkat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (5/11).

Arif mengatakan, komponen ekspor bersih maupun investasi yang diharapkan tumbuh tinggi dan mengubah struktur PDB justru mengalami perlambatan yang cukup signifikan sehingga belum berhasil mentransformasi struktur PDB Indonesia yang hingga saat ini masih sangat didominasi oleh sektor konsumsi.

Meskipun andil ekspor bersih membaik yakni dari -1,1% pada triwulan III 2018 menjadi positif 1,81% pada triwulan III 2019, tetapi lebih disebabkan karena impor yang terkontraksi 8,61% (yoy) sedangkan ekspor hanya tumbuh 0,02%.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 lalu, andil investasi dan ekspor bersih terhadap pertumbuhan telah menurun. Pada tahun lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) memiliki andil 2,24% terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada tahun ini hanya sebesar 1,38%.

3. Daya saing Indonesia menurun

Masalah Ekonomi Indonesia di Sepanjang Tahun 2019

Peringkat daya saing Indonesia secara global mengalami kemunduran pada tahun ini. World Economic Forum (WEF) dalam laporan tahunan terbarunya Indeks Daya Saing Global atau  Global Competitiveness Index (GCI) Report 2019 menurunkan posisi Indonesia sebanyak lima peringkat dari posisi ke-45 menjadi ke-50. Terdapat 12 indikator atau pilar yang menjadi penilaian WEF. Masing-masing diberi skor dalam skala 0-100, semakin besar skornya maka semakin ideal pula daya saing pada indikator tersebut.

Dari 12 pilar, Indonesia mengalami penurunan skor pada lima pilar. Pertama, pilar aposi TIK (ICT Adoption) yang hanya mendapat skor 55,4. Kedua, pilar kesehatan (health) juga mengalami penurunan dengan skor 70,8. Ekspektasi hidup sehat pada manusia di Indonesia terhitung hanya 62,7 tahun. Ketiga, pilar kemampuan SDM (skills) juga menurun dengan skor 64. Penurunan terlihat pada indikator kemampuan (skillset) para lulusan, kemampuan digital pada populasi produktif, dan kemudahan mendapatkan tenaga kerja terampil. Keempat, penurunan juga terjadi pada pilar pasar tenaga kerja dengan skor 57,7. Indikator perbandingan bayaran dan produktivitas, tarif pajak tenaga kerja, fleksibilitas penentuan upah, dan kebijakan pasar tenaga kerja yang berlaku saat ini menjadi beberapa penyebabnya. Kelima, daya saing Indonesia juga menurun pada pilar produk di pasar (Product Market). Indikator yang menyebabkan penurunan adalah efek distorsi kebijakan pajak dan subsidi pada saing, dominasi pasar, dan non-tariff barriers, serta kompleksitas tarif pada produk-produk Indonesia. Indonesia meraih skor cukup tinggi pada pilar stabilitas makroekonomi (macroeconomic stability) dengan nilai 90 dan ukuran pangsa pasar (market size) dengan nilai 82,4.

4. Dana desa bermasalah

Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan menghentikan sementara penyaluran dana desa tahap ketiga. Pembekuan ini dilakukan sembari menunggu proses verifikasi yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) terkait desa yang bermasalah, termasuk dugaan adanya desa fiktif. Direktur Jenderal (Dirjen) Perimbangan Keuangan Kemkeu Astera Primanto Bhakti mengatakan, Kemkeu masih menunggu hasil pemeriksaan Kemdagri terkait jumlah desa fiktif yang menerima kucuran dana desa dari pemerintah pusat. “Pembekuan akan dilakukan pada penyaluran dana desa tahap ketiga kepada desa-desa sesuai hasil identifikasi dari Kemdagri,” kata Astera, Selasa (19/11). Direktur Fasilitas Keuangan dan Aset Pemerintah Desa Kemdagri Benny Irawan mengatakan, pihaknya masih fokus melakukan validasi desa fiktif di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Sejauh ini, Kemdagri menemukan empat desa yang terbukti melakukan kesalahan administrasi, yaitu Desa Arombu Utama Kecamatan Latoma, Desa Lerehoma Kecamatan Anggaberi, Desa Wiau Kecamatan Routa, dan Desa Napooha Kecamatan Latoma. “Dana desa di keempat desa itu sudah turun Rp 9,3 miliar dari 2017 (ke RKUD). Dari Rp 9,3 miliar, baru 47% yang disalurkan ke empat desa itu,” tutur Benny. Ia memastikan, pemeriksaan masih terus berlanjut. Sehingga, ada kemungkinan jumlah desa temuan yang bermasalah bertambah.

5. Literasi digital rendah dan kurangnya perlindungan pemerintah

Indonesia diprediksi menjadi negara terbesar dalam pertumbuhan ekonomi digital di Asia. Selain itu Presiden Joko Widodo juga menargetkan ekonomi digital akan berkontribusi pada PDB mencapai Rp 730 triliun pada tahun 2025.

Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kesiapan dan perlindungan pemerintah terhadap ekonomi digital. Salah satu bukti, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaporkan aduan terkait ekonomi digital merupakan yang terbanyak dalam tiga tahun terakhir. Pengaduan yang terkait ekonomi digital berkisar 16% hingga 20% dari total komoditas pengaduan yang diterima YLKI. Hal itu disebabkan kurangnya literasi dan perlindungan dari pemerintah.

“Pengaduan itu berupa transaksi produk e-commerce dan pinjaman online,” ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam siaran pers (20/12). Literasi digital masyarakat Indonesia yang masih rendah merupakan salah satu pendorong banyaknya laporan konsumen. Masyarakat Indonesia dinilai belum mampu memberikan prinsip kehati-hatian dalam Perlindungan Data Pribadi (PDP). Selain literasi, regulasi masih menjadi kendala bagi perlindungan konsumen dalam sektor ekonomi digital. Bahkan Tulus bilang belum hadir dalam melindungi konsumen di era ekonomi digital.

Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Indonesia

Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Indonesia

Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Indonesia – Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat kenakalan remaja, contohnya tawuran antar sekolah, tawuran antar sekolah merupakan salah satu dari kenakalan remaja.

Berikut adalah pengertian kenakalan remaja menurut para ahli:

  • Kenakalan remaja ialah suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang sifatnya melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya (Singgih, 1978). Intinya kenakalan remaja yaitu suatu perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum (Sarwono, 2002:207), dan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang biasanya dibawah umur 16-18 tahun ( Musen,dkk, 1994:557).
  • Kartono, ilmuan sosiologi ” Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile  delinquency merupakan gejala patologis pada remaja di sebabkan oleh satu bentuk pengabaian social.
Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Indonesia

Latar Belakang Permasalahan Kenakalan Remaja

  • Tumbuh kembang remaja zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan. Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja  diantaranya tawuran , pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA , pemakain narkoba dan lain-lain.
  • Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung merosot. Oleh karena itu , kami sebagai remaja yang berpendidikan sadar bahwa kenakan remaja harus segera dihilangkan , kami mengangkat permasalahan ini sebagai bahan karya tulis.

Jenis-jenis kenakalan remaja

  1. Kenakalan remaja di sekolah

Contoh :

  • Tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
  • Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran.
  • Membawa senjata tajam ketika sekolah.
  • Kenakalan remaja di luar sekolah(masyarakat)

Contoh :

  • Ikut balapan tiar antar geng.
  • Ikut tawuran antar geng.
  • Minum minuman keras.
  • Mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
  • Kenakalan remaja di lingkungan keluarga

Contoh :

  • Tidak mendengarkan nasehat orang tua.
  • Tidak mentaati perintah orang tua.
  • Melanggar norma yang telah di sepakati bersama keluarga.

Berikut adalah beberapa jenis kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

1) Penyalahgunaan Narkotika

Fungsi utama dari narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan dirumah sakit untuk orang yang mendirita sakit berat (misalkan kanker) dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang- orang yang akan menjalani operasi. Selain itu, narkotika juga menimbulkan efek halusinasi (khayalan), impian yang indah atau rasa nyaman. Efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan narkotika meskipun tidak sedang menderita sakit.

Hal itulah yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan narkotika. Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan ialah adanya adiksi atau ketergantungan.

Adiksi adalah keracunan obat yang bersifat kronik atau periodik sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja atau mariyuana, kafein, LSD (Lasergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau jika disalahgunakan akan menimbulkan adiksi.

2) Perilaku Seksual Sebelum Menikah

Perilaku seksual sebelum menikah terjadi di kalangan remaja sebagai akabat masuknya kebudayaan barat barat. Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan nilai- nilai agama dan nilai-nilai sosial pada masyarakat Indonesia. Hubungan seksual di luar nikah menurut agama adalah dosa besar.

3) Perkelahian Pelajar

Perkelahian antar pelajar bisa merusak dan memperlemah persatuan dan kesatuan para pelajar dan merusak nilai-nilai sosial. Peranan organisasi pelajar seperti OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), dan Pramuka sangat penting dalam pembentukan sikap dan tingkah laku para pelajar. Organisasi pelajar dapat mengemkembangkan kreativitas dan efektivitas kaum pelajar. Jika terjadi masalah, pelajar terlatih untuk menyelesaikannya dengan musyawarah atau jalur hukum, bukan menggunakan kekuatan fisik.

4) Kebut-kebutan Yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mengganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain juga pengendara itu sendiri .

BALAP LIAR

5) Peredaran pornografi di kalangan pelajar baik, dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (misalnya internet dan handphone) dan sebagainya.

6) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.

7). Membuat kelompok atau geng dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal, geng motor. Di kelompok tersebut para remaja nakal melakukan tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis dan mengganggu masyarakat.

8). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga dipandang kurang sopan di mata lingkunganya dan dapat memicu orang lain untuk berbuat kejahatan yang akhirnya membahayakan diri remaja yang bersangkutan.

Contoh yang dikemukakan di atas , masih banyak bentuk kenakalan remaja. Contohnya minum-minuman keras, membolos sekolah, berbohong, keluyuran, aksi coret-coret di tembok atau pagar, dan sebagainya

Ciri-Ciri Kenakalan Remaja

  1. Dalam istilah kenakalan, harus terlibat adanya suatu perbuatan atau tingkah laku moral.
  2. Kenakalan tersebut memiliki tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingakah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya.
  3. Kenakalan remaja ialah suatu kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur diantara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia pengertian dewasa selain ditentukan oleh status pernikahan, maka bisa ditambahkan bahwa kenakalan remaja yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur anatara 13-17 tahun dan belum menikah.
  4. Kenakalan remaja bisa dilakukan oleh seoarang remaja saja, atau bisa juga dilakukan bersama-sama suatu kelompok remaja

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja dalam tiga tingkatan yaitu sebagai berikut :

  • kenakalan biasa, misalnya seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
  • kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan misalnya seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin
  • kenakalan khusus contohnya seperti penyalah gunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dan lain sebagainya.

Penyebab Kenakalan Remaja

Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan karena faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

1. Faktor internal

  • Krisis identitas: suatu Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi sebab remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  • Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tapi tidak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor eksternal

  • Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya sebuah komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga dapat memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, misalnya terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  • Teman sebaya yang kurang baik
  • Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
  • Pendidikan agama pada sistem pendidikan kurang memadai.Pada kenyataaannya, alokasi waktu pendidikan agama di lingkungan pendidikan negara kita relatif sedikit. Walaupun standar nilai untuk pelajaran agama dan PPKN tinggi, tetapi nilai nilai tinggi berhamburan, sengaja didongkrak agar para murid tidak dicap tidak agamis dan tidak bermoral. Hal tersebut menyebabkan kasus – kasus kenakalan remaja sangat rentan terjadi pada siswa. Semua itu karena benteng iman, ketakwaan, dan akhlak para siswa sangat rapuh karena pendidikan religi yang tidak memadai.
  • Kemajuan teknologi di zaman globalisasi menunjukkan pengaruh dahsyatnya sebagai faktor penyebab kenakalan remaja.

Konflik-Konflik Sara yang Ada di Indonesia

Konflik-Konflik Sara yang Ada di Indonesia

Konflik-Konflik Sara yang Ada di IndonesiaMasalah SARA selalu menjadi hal sensitif di Indonesia. Banyak kasus yang kemudian diseret ke isu SARA.  Menurut hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau yang biasa disingkat dengan singkatan LIPI menyatakan, isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) menjadi ancaman besar Pemilu 2019. Peneliti LIPI Syarif Hidayat mengatakan bahwa isu SARA menjadi besar karena dikapitalisasi dan dimanipulasi elite politik.

Survei ini dilakukan oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI pada April-Juli 2018. Survei ini melibatkan 145 ahli politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Survei P2P LIPI ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Penelitian tidak bertujuan menggeneralisasi pandangan. SARA ialah isu yang berpotensi memecah belah masyarakat yang bersifat majemuk seperti di Indonesia.

Konflik-Konflik Sara yang Ada di Indonesia

Sebelum mempermasalahkan SARA secara mendalam, kamu perlu tahu tentang SARA. Berikut adalah pengertian SARA dan penjelasannya:

Pengertian SARA dan penjelasannya

SARA adalah akronim dari Suku Ras Agama dan Antar golongan. SARA adalah pandangan ataupun tindakan yang didasari dengan pikiran sentimen mengenai identitas diri yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Yang digolongkan sebagai sebuah tindakan SARA adalah segala macam bentuk tindakan baik itu verbal maupun nonverbal yang didasarkan pada pandangan sentimen tentang identitas diri atau golongan.

Tiga Ketagori SARA

SARA dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni:

Pertama, Individual. Di mana tindakan SARA dilakukan oleh individu atau golongan dengan tindakan yang bersifat menyerang, melecehkan, mendiskriminasi, atau menghina golongan lainnya.

Kedua, Institusional. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi suatu golongan.

Ketiga, Kultural. SARA yang dikatagorikan di sini adalah tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.

Dampak dari tindakan SARA adalah konflik antar golongan yang dapat menimbulkan kebencian dan berujung pada perpecahan. Contohnya pada kasus konflik Tragedi Sampit yang terjadi pada 2001 silam. Konflik ini terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura di mana SARA adalah biang dari masalahnya. Warga Madura dinilai gagal dalam beradaptasi dengan Warga Dayak kemudian muncullah diskriminasi antar golongan hingga pecah konflik dan akhirnya memakan korban hingga 500 orang.

Contoh lain dari kasus SARA adalah Kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan ini merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta dan juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia. Banyak sasaran perusakan adalah milik etnis Tionghoa. Lebih jauh, juga ditemukan sejumlah kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan Tionghoa.

Kasus SARA yang cukup menggemparkan publik pada kurun waktu beberapa tahun ini adalah dikuaknya kasus sindikat penebar ujaran kebencian bernama Saracen. Polisi membongkar sindikat penebar ujaran kebencian bernama Saracen ini pada pertengahan 2017 lalu. Dipimpin oleh Jasriadi, jaringan ini ternyata telah memproduksi dan menyebarkan konten kebencian bernada SARA sejak November 2015.

Polisi mengungkapkan, Saracen sebagai salah satu jaringan penebar kebencian melalui media sosial (medsos). Di dunia maya, peran para sindikat penebar kebencian ini saling berkaitan. Grup-grup medsos diibaratkan pasar. Para pembuat meme, narasi dan gambar di-posting di grup. Ada 800 ribu akun medsos yang berkaitan dengan grup Saracen. Akun-akun ini bersama-sama menyebar konten kebencian dan berita hoaks, walau pemilik akun tak saling mengenal. Bahkan, konten hinaan terhadap Presiden Jokowi yang diunggah Muhammad Farhan Balatif juga tersebar di “pasar” Saracen.

Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, menyisakan trauma mendalam bagi para korban. Tercatat, kurang lebih sebanyak 11 ribu meninggalkan Wamena untuk kembali ke tanah asal. Selain di Wamena, beberapa daerah lain juga pernah terjadi kerusuhan dipicu isu Suku, Agama, dan Ras (SARA). Berikut adalah beberapa sumber, berikut 5 konflik karena isu SARA yang pernah terjadi di Indonesia.

1. Konflik Antar Suku di Sampit (2001)

Pada 2001 silam, terjadi konik antara suku di Sampit. Tragedi itu dapat dikatakan sebagai kerusuhan paling mengerikan yang pernah terjadi di  Indonesia. Penyebab konflik ini diduga akibat adanya warga Dayak yang dibantai oleh Warga Madura yang menetap di sana. Versi lain mengatakan jika kedua suku saling membakar rumah dan mengakibatkan Suku Dayak yang memenuhi hampir semua wilayah Kalimantan Tengah murka. Karena tragedi ini 500 orang dikabarkan meninggal dunia, 100 di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh Suku Dayak. Pemenggalan ini dilakukan oleh Suku Dayak karena mereka ingin mempertahankan wilayah yang saat itu mulai dikuasai oleh Suku Madura. Pihak Kepolisian setempat sebenarnya sudah menangkap orang-orang yang dianggap sebagai dalang dari kerusuhan. Namun setelah ditangkap, Kantor Polisi justru dikepung oleh Suku Dayak hingga Polisi tepaksa melepaskan kembali tahanan. Konflik yang terjadi di tahun 2001 ini akhirnya berakhir setelah setahun berlangsung.

2. Konflik antar agama di Ambon (1999)

Satu tahun pasca reformasi, Indonesia kembali menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan adanya konflik agama yang terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik tersebut akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang berakhir dengan banyaknya orang meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya. Awalnya, konflik ini dianggap sebagai konflik biasa. Akan tetapi, muncul sebuah dugaan jika ada pihak yang sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang ada. Selain itu, TNI yang saat itu masih bernama ABRI juga tak bisa menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja melakukannya agar konflik terus berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang terjadi di Ambon membuat kerukunan antar umat beragama di Indonesia jadi memanas hingga waktu yang cukup lama.

3. Konflik antar etnis (1998)

Di penghujung era orde baru terjadi kerusuhan yang menjadi konflik antar etnis di Indonesia. Hal ini awalnya dipicu oleh krisis moneter yang membuat banyak sektor di Indonesia runtuh. Namun lambat laun kerusuhan menjadi semakin mengerikan hingga berujung pada konflik antara etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Kerusuhan melebar dan menyebabkan banyak aset-aset miliki etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar karena kemarahan. Selain menjarah dan membakar banyak hal penting dari etnis Tionghoa. Mereka juga melakukan tindak kekerasan kepada para wanita dari etnis ini. Kasus pelecehan seksual banyak dilaporkan hingga kasus pembunuhan pun tak bisa dihindari.

4. Konflik golongan agama (2000-an)

Pada tahun 2000-an terjadi konflik yang melibatkan golongan Agama, yaitu Ahmadiyah dan Syiah. Kerusuhan ini bermula saat, golongan Ahmadiyah mengalami banyak sekali tekanan dari kelompok mayoritas di wilayahnya. Mereka dianggap menyimpang sampai akhirnya diusir, rumah ibadah dan warga dibakar hingga aksi kekerasan lainnya. Jemaah dari Ahmadiyah dipaksa kembali ke ajaran asli dan meninggalkan ajaran lamanya. Selain Ahmadiyah, Syiah juga ditekan di Indonesia. Kelompok ini dianggap sesat dan harus diwaspadai dengan serius. Namun, masyarakat terlalu ekstrem hingga banyak melakukan kekerasan pada kelompok ini mulai dai pembakaran rumah ibadah hingga pesantren. Hal tersebut dilakukan dengan dalih agar Islam di Indonesia tidak tercemar oleh ajaran pengikut Syiah.

5. Konflik Antar Golongan dan Pemerintah (GAM, RMS, dan OPM)

Konflik antara Gerakan Aceh Merdeka atau GAM dengan pemerintah sempat menjadi perhatian internasional. Konflik ini terjadi karena banyak dari milisi GAM menginginkan lepas dari Indonesia. Sayangnya pemerintah tak mau hingga adu kekuatan terjadi selama bertahun-tahun. Konflik ini akhirnya selesai sehabis muncul sebuah kesepakatan yang salah satunya adalah membuat Aceh menjadi daerah otonomi khusus. Selain GAM adalah lagi RMS atau Republik Maluku Selatan dan Operasi Papua Merdeka atau OPM. Kelompok ini menginginkan merdeka dan lepas dari Indonesia. Untuk memenuhi hasrat ini tindakan-tindakan pemberontakan kerap terjadi dan membuat warga sekitar merasa sangat terganggu. Pasalnya gerakan separatis seperti ini hanya akan membuat situasi menjadi buruk.

Masalah Kemacetan di Indonesia

Masalah Kemacetan di Indonesia

Masalah Kemacetan di Indonesia – Di kota-kota besar di dunia yang jumlah  penduduk dan pengendaranya besar seperti Paris, Bombay, dan Jakarta, kemacetan merupakan hal yang selalu menjadi sumber permasalahan. Kemacetan yang terjadi biasanya disebabkan oleh jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas. Orang-orang cenderung menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan kendaraan umum. Bahkan tak jarang kita melihat orang mengendarai mobil seorang diri tanpa membawa satu penumpang pun. Hal itu tentunya memakan banyak ruang di jalan raya dan merupakan hal yang sangat tidak efektif.

Kemacetan yang merupakan salah satu permasalahan ternyata melahirkan berbagai macam permasalahan lainnya. Mulai dari pemborosan waktu, stres, hingga polusi. Oleh karena itu pemerintah selalu mencoba berbagai solusi untuk melenyapkan masalah macet. Namun, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah seakan-akan tidak akan pernah cukup untuk menghentikan kemacetan. Jumlah kendaraan terus bertambah dan bertambah seiring perkembangan zaman.

Masalah Kemacetan di Indonesia

Apakah kemacetan sebenarnya kesalahan pemerintah atau kesalahan masyarakat? Menyalahkan salah satu pihak adalah suatu budaya yang tidak jarang kita jumpai. Padahal tidak selalu dalam sebuah persoalan, salah satu pihak mutlak benar dan pihak lainnya mutlak salah. Setiap tindakan selalu berisi untung-rugi yang tak bisa dielakkan. Kemacetan yang ada ini disebabkan oleh kedua belah pihak yaitu masyarakat dan juga pemerintah.

Berikut adalah penyebab kemacetan dari Sisi Masyarakat:

1. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat benar-benar memerlukan kendaraan untuk menunjang kebutuhan transportasinya. Akan tetapi setiap keluarga sebaiknya membatasi berapa kendaraan pribadi yang harus mereka miliki. Apabila kebutuhan transportasi masih bisa dipenuhi oleh kendaraan umum, akan lebih bijak bila kendaraan pribadi tidak perlu dimiliki. Uang yang mereka miliki dapat mereka gunakan untuk biaya transportasi kendaraan umum atau dengan kata lain untuk membayar ongkos kendaraan umum.

2. Masyarakat yang memiliki kendaraan juga harus membayar pajak atas kendaraan dan surat-surat yang berkaitan. Kewajiban tersebut memang seringkali dilupakan oleh masyarakat. Padahal pajak yang dipungut itulah yang mendanai pembangunan infrastruktur seperti jalan raya. Para pengendara cenderung menghindari razia yang diselanggarakan pihak yang berwajib daripada harus membayar pajak atau mengurus perpanjangan surat-surat. Mereka merasa lebih baik uang yang mereka miliki digunakan untuk keperluan lain.

3. Para pengendara juga sering menyerobot jalan dan menerobos lampu merah. Padahal hal tersebut adalah hal yang sangat berbahaya. Lampu lalu lintas ada untuk memastikan keselamatan pengendara dan menciptakan ketertiban. Hal buruk yang paling mungkin terjadi adalah kemacetan, sedangkan hal yang paling buruk terjadi adalah kecelakaan lalu lintas. Pengendara sebaiknya tidak terlalu tergesa-gesa dalam berkendara dan memastikan bahwa mereka berada dalam kecepatan yang wajar.

4. Beberapa pengendara juga memarkirkan kendaraan mereka di tempat yang tidak seharusnya. Ada yang memarkirkan di pinggir jalan, depan rumah, bahkan trotoar. Hal tersebut tentunya merupakan hal yang amat sangat tidak bertanggung jawab. Kendaraan yang diparkir sembarangan membuat pengendara yang menggunakan jalan sulit untuk lewat. Apalagi bila ukuran kendaraan menutupi setengah jalan. Tentunya hal tersebut adalah hal yang sangat merepotkan. Sebaiknya masyarakat memarkirkan kendaraan mereka di tempat yang diperbolehkan.

5. Banyaknya anggota masyarakat yang mengedepankan gengsi. Mereka berpendapat bahwa memiliki kendaraan pribadi adalah hal yang keren dan patut untuk dipamerkan. Mereka merasa bahwa menggunakan kendaraan umum adalah hal yang patut untuk dihindari karena akan mengubah citra mereka. Gaya hidup seperti ini tidak seharusnya dijalankan oleh anggota masyarakat yamg baik. Menggunakan kendaraan umum dapat mengurangi polusi yang muncul dari kendaraan pribadi.

Narkoba Menjadi Suatu Ancaman Perusak Bangsa

Narkoba Menjadi Suatu Ancaman Perusak Bangsa

Narkoba Menjadi Suatu Ancaman Perusak Bangsa – Narkoba telah merajalela di Indonesia. Permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat urgent dan kompleks. Dalam waktu satu dekade terakhir permasalahan ini menjadi marak. Terbukti dengan meningkatnya jumlah penyalah guna atau pecandu narkoba secara signifikan. Hampir semua kalangan masyarakat positif menggunakan Narkoba. Mulai dari publik figure,bahkan lebih parahnya lagi adalah narkoba juga telah merasuki para penegak hukum di negeri ini. Menurut data yang diterima oleh Badan Narkotika Nasional atau yang biasa disingkat dengan sebutan BNN, jumlah korban yang disebabkan oleh Narkoba ini meningkat hingga dua kali lipat dari tahun tahun sebelumnya. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda.

Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang. Perilaku sebagian remaja yang secara nyata telah jauh mengabaikan nilai – nilai kaidah dan norma serta hukum yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat menjadi salah satu penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi muda. Dalam kehidupan sehari – hari di tengah-tengah masyarakat masih banyak dijumpai remaja yang masih melakukan penyalahgunaan narkoba. Menanggapi fenomena ini pemerintah telah menetapkan Negara Indonesia sedang berada dalam keadaan darurat Narkoba.

Narkoba Menjadi Suatu Ancaman Perusak Bangsa

Penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di kalangan remaja dinilai memprihatinkan. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2,2% dari total populasi orang di Indonesia terjerat narkoba. Hal itu berdasarkan hasil penelitian terbaru BNN dan Universitas Indonesia (UI). Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang sangat maju serta perkembangan teknologi yang sagat canggih sebagai dinamika sasaran peredaran gelap Narkoba. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang.

Perilaku remaja yang secara nyata telah jauh mengabaikan nilai-nilai kaidah dan norma serta hukum yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat menjadi salah satu penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi muda. Dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat masih banyak dijumpai remaja yang masih melakukan penyalahgunaan Narkoba. Kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap anak juga menjadi salah satu penyebab penyalahgunaan narkoba. Terjerumus ke dalam lingkungan yang kurang baik akibat salah pergaulan juga menyebabkan remaja menjadi masuk ke dalam lingkaran narkoba. Jika didalam lingkungan masyarakat terkontrol dengan baik dan memiliki organisasi yang baik, maka hal tersebut bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.

Narkoba bisa menghancurkan masa depan generasi bangsa. Generasi muda yang seharusnya menjadi calon-calon penerus bangsa akan hancur masa depannya jika masuk ke dalam jeratan narkoba.  Jangankan menjadi masa depan bangsa, masa depan mereka sendiri pun akan rusak akibat dari narkoba. Hal ini dikarenakan narkoba akan menciptakan ketergantungan pada barang tersebut. Jika sudah ketergantungan dengan narkoba, maka untuk melepasnya akan sulit dan juga harus dilakukan rehabilitasi bagi sang pemakai tersebut. Generasi yang telah ketergantungan pada narkoba akan menjadi generasi yang tidak bisa lepas dari narkoba.

Generasi muda semestinya memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Di masa inilah mereka dapat menemukan pemikiran-pemikiran baru, menemukan inovasi dan berprestasi. Akan tetapi, apa yang terjadi ketika mereka masuk ke jurang narkoba? Mereka akan kehilangan itu semua. Narkoba tersebut secara bertahap akan mematikan sel-sel otak mereka, sehingga lama kelamaan otak mereka tidak mampu lagi berkreasi dan yang ada di dalamnya hanyalah narkoba. Jika otak mereka telah terkontaminasi oleh narkoba, maka tidak ada lagi kreatifitas yang tersisa. Juga membuat otak susah berkonsentrasi dalam hal pelajaran disekolah ataupun di perguruan tinggi.

Penyebab Gizi Buruk dan Solusinya

Penyebab Gizi Buruk dan Solusinya

Penyebab Gizi Buruk dan Solusinya – Terkait masalah gizi, lndonesia saat ini menghadapi beban ganda (double burden). Sisi lain Indonesia menghadapi masalah gizi kurang atau pendek/stunting, dan kurus, di sisi lain Indonesia telah dihadapkan pada masalah obesitas  atau kegemukan.

Selain beban pada masalah gizi, Indonesia juga dihadapkan pada masalah kekurangan gizi mikro, yang berpotensi menjadi hidden hunger (bentuk kekurangan gizi mikro berupa defisiensi zat besi, yodium, asam folat, vitamin A dan beberapa jenis vitamin B yang tersembunyi). Hidden hunger ini memiliki dampak serius karena dari luar tidak menampakkan gejala, namun sebenarnya masalah itu ada (penderitanya jadi gampang sakit).

Penyebab Gizi Buruk dan Solusinya

Data Riset Kesehatan Dasar atau yang biasa disingkat dengan sebutan Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting menurun menjadi 30,8 persen dari 37,2 persen di 2013, prevalensi gizi kurang (underweigth) juga membaik dari 19,6 persen pada 2013 menjadi 17,7 persen pada tahun 2018, sedangkan prevalensi kurus (wasting) turun ke posisi 10,2 persen (2018) dari 12,1 (2013). Meskipun angka stunting menurun, masih belum memenuhi syarat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di ambang batas 20 persen.

Ahli pangan dan Ketua Pusat Pangan SEAFAST IPB yang bernama Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia masih mengalami kekurangan gizi mikro, seperti yodium, vitamin A, zat besi, hingga mineral lainnya.

Kemiskinan masih menjadi faktor utama penyebab munculnya masalah gizi ini. Karena miskin, tidak semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan makanan sehat dengan mudah, sehingga harus dicarikan solusinya, antara lain fortifikasi pangan oleh dunia usaha.

Fortifikasi pangan merupakan  metode untuk menitipkan senyawa penting yang diperlukan ke makanan untuk meningkatkan nilai gizinya, sehingga lebih mudah dijangkau masyarakat, Vitamin A misalnya, lazim dimasukkan ke produk margarin dan minyak goreng. Sementara yodium dimasukkan ke dalam garam.

Sementara itu, Prof. Martin W Bloem selaku Professor of John Hopkins Bloomberg School of Public Health dan Director of Center for Livable Future menyoroti tentang tantangan global yang dihadapi sejumlah negara di dunia saat ini, antara lain mencakup pengurangan kemiskinan, perlunya memperbaiki sumber daya manusia yang dapat dilakukan antara lain dengan mencegah stunting, akses pendidikan dan sistem kesehatan yang lebih baik, serta sistem pangan berkelanjutan.

Bloem mengatakan, populasi global tengah menghadapi krisis yang saling terkait, mencakup  kemiskinan, masalah gizi buruk (gizi kurang dan kegemukan), juga masalah kesehatan (mortalitas dan morbiditas anak). Bloem menyebut ada lima miliar orang tinggal di kawasan di mana gizi buruk dan kematian anak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

“Guna memutus mata rantai ini, konsumsi makanan bergizi harus berkelanjutan. Prof Bloem mengatakan, pelaku usaha dalam hal ini dapat berkontribusi dengan menyediakan makanan bergizi, antara lain dengan fortifikasi,” ujarnya dalam acara ajang Asian Congress of Nutrition (ACN) 2019, bertemakan ‘Nutrition and Food Innovation for Sustained Well-being’ yang diselenggarakan 4 – 7 Agustus 2019 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali seperti dikutip dari siaran persnya.

Pengentasan malnutrisi tidak hanya dilakukan pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab para pihak dalam hal ini perusahaan swasta/pelaku usaha. Axton Salim yang juga menjabat sebagai Global Co Chair of Scaling Up Nutrition Business Network (SBN), mengatakan peran industri makanan sangat besar dalam pemenuhan pangan sehat dengan harga yang terjangkau. Scaling Up Nutrition (SUN) diinisiasi oleh PBB memungkinkan business network berkontribusi nyata untuk meningkatkan gizi di negara masing-masing.

SBN dibentuk untuk memobilisasi dan mengintensifkan upaya bisnis dalam mendukung Scaling Up Nutrition (SUN) Movement dan memastikan setiap orang memperoleh hak mendapatkan makanan yang baik dan bergizi. SUN Movement melibatkan pelaku usaha/bisnis, badan PBB, donor dan masyarakat lokal untuk mendukung pemerintah. Ada tiga pilar yang menjadi fokus SBN, yaitu 1.000 Hari Pertama Kelahiran dan Adolescence, Balanced Nutrition, dan Health & Sanitation.

Axton yang juga menjabat sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, mengatakan dunia usaha memiliki peran penting dalam mengatasi malnutrisi, antara lain dengan menciptakan makanan sehat (fortifikasi pangan), menggunakan bahan pangan lokal dengan biaya produksi yang tidak mahal sehingga bisa dijual dengan harga yang terjangkau masyarakat.

Indofood sudah melakukan sejumlah upaya untuk mendukung SUN Movement, antara lain dengan fortifikasi produk pada tepung Bogasari dan Indomie. Contohnya produk terigu Bogasari yang ditambahkan dengan vitamin B dan zat besi untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro guna mengatasi malnutrisi. Indofood juga meluncurkan Govit, jajanan sehat yang mengandung  11 vitamin dan 4 mineral dengan harga terjangkau, yaitu Rp500 per sachet. Untuk makanan pendamping ASI (MPASI), Indofood merilis SUN MPASI yang difortifikasi dengan aneka sumber gizi mikro, juga dengan harga terjangkau Rp500 per sachet.

Selain melakukan fortifikasi pangan, sejumlah inisiatif yang dilakukan Indofood antara lain program Nutrition for Workforce, edukasi remaja melalui aplikasi mobile agar semakin banyak remaja menyadari pentingnya gizi dan tubuh yang sehat, mendorong tumbuhnya start up lokal bidang pangan, gizi dan kesehatan sehingga terbentuk mekanisme yang akan memutus rantai malnutrisi dan kemiskinan.

Axton menambahkan, dunia usaha bisa berkontribusi dan berperan aktif dalam pengentasan masalah nutrisi di Indonesia dan mensukseskan SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) yang dicanangkan PBB dan hendak dicapai pada 2030, antara lain dengan bergabung di SBN. “Perusahaan bisa berkontribusi sesuai expertise masing-masing. Semua bisa terlibat dan mencari inovasi baru untuk menjawab masalah malnutrisi di Indonesia,” tandasnya.

Prof Purwiyatno  juga membahas pentingnya keamanan pangan, hal krusial namun masih kerap diabaikan. Pangan yang dianggap sehat jika tidak aman menjadi tidak berarti. Oleh karena itu makanan harus diupayakan aman, karena jika terdapat kontaminan makanan itu tidak dapat dimanfaatkan tubuh karena bisa menimbulkan penyakit.

Pangan yang terkontaminasi bisa menyebabkan penyakit karena mengandung kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau zat kimia berbahaya, sehingga berisiko menimbulkan berbagai penyakit. Data Organisasi Kesehatan Dunia atau yang biasa disebut dengan singkatan WHO menyebutkan bahwa 1 dari 10 orang di dunia sakit setelah menyantap makanan yang terkontaminasi. Dari jumlah itu sekira 420 ribu orang meninggal setiap tahunnya. Jadi keamanan pangan memang tak bisa diabaikan.

Kunci kunci keamanan pangan versi WHO adalah sebagai berikut:  Menjaga kebersihan (mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan), pisahkan makanan matang dan mentah agar tak terjadi kontaminasi silang, masaklah dengan benar, jaga pangan pada suhu yang benar dan gunakan air dan bahan baku yang aman.  “Bahan pangan tidak bisa disebut sebagai makanan jika mengabaikan aspek keamanan. Oleh sebab itu, pengawasan keamanan pangan harus dimulai bukan sejak pangan diolah, namun sejak diproduksi,” kata Prof Purwiyatno.